Kamis, 30 September 2010

Prasangkamu....

Ku kira kau harus kupapah
nyatanya kau berlari menembus mentari
menyongsong sinar yang bahkan tak berani kulihat

kukira air mata yang kau tumpahkan harus kubendung
nyatanya kau hanyutkan mimpi yang sulit ku pahat
menenggelamkan duka yang ku suka suci bentuknya

kukira kau harus kubenci
nyatanya kau tebas-tebas nafas
lalu kau sekat dengan kedua jari
mataku membelalak
bukan takjub
tapi kehabisan udara

kukira kau harus kumimpi
nyatanya kau susupi doa sebelum tidurku
kau ralat,gubah,acak-acak tepatnya

hingga aku tak sadarkan diri sampai senja kembali
Kukira aku harus membunuhmu!

Kangen...


sebelum
dendam
terpendam
yang kau tanam
di hatiku
tak bisa lagi ku redam..
pulanglah!
aku menantimu di jingga sore
kalau tak bisa
jangan jatuh di embun pagi
aku belum bangun di waktu itu
atau di gemuruh siang saja
biar ku kenang tawamu yang bahana
tapi masihkah lesung dipipimu dalam ?
seperti lubuk yang dulu menjatuhkan kita
hingga kita menyatu
dalam pejam mata
pulanglah!
sebab malam terlalu menakutkanku..

Waktu...

waktu ini masih mempermainkanku
tak mempertemukan mu denganku

tak usah kau ingat belaian tanganku
bila rinduku terus tertipu
muslihat waktu

mereka tertawa
berusaha mengabur-ngaburkan senyum yang ku toreh di bibirmu
dengan hujan,dengan terik dan dengan kata
tadi kau datang
memang tak menitipkan perih
tak menggoreskan sedih

tak terasa meski ada
mungkin karena aku yang tak mau terluka

Risau....

kau lihat senyumku di depan pintu itu ?
dari semalam kupaku di gerendel pintu
agar tak silap menyenyumi hadirmu

kupanas-panasi dengan kenangan yang kau patri
agar kembangnya tak memucat apalagi memudar biru
sesekali bibir itu mencerucut kusut
tapi bukan untukmu
hanya pada angin kaleng yang menyungging ejek

tapi hingga lalang di pinggir jendela menguning
menghijau,menguning
beberapa musim
berkejaran menunggu giliran
mengoyak ngoyak kalender

liuk rindu masih di tepi mimpi
tak mendekat tak menjauh.

Kupanggil kamu...

ku panggil saja kau angin
yang terasa tapi tak teraba
sebab aku begitu merindumu
pasrah tapi resah

hati memekik
yang mendengar hanya hujan April
kukubur bayangmu ke dalam bimbang
kubenamkan cerita-cerita yang kita tata
dalam ragu ku tutup pintu nurani

seharusnya kau pergi saja
sebab kita adalah mimpi buruk mereka
atau aku yang menepi ?

tidakkah kau sadar?
sekarang ku panggil saja kau bara
yang tak mampu ku genggam
tertangis bila harus melepas

Tadi...

Dan tadi
tak mungkinkan ku injak - injak lagi kaki yang memapahku ?
sementara semuanya hanya sementara
dan tak ada yang kekal bersamamu
seperti biasamu

dan tadi
kau datang lagi
menarik - narik kerah bajuku
meminta aku menatapmu sejenak

dan tadi
aku yang senantiasa memintamu dulu
hanya bisa menangiskan rindu yang tak boleh ku peluk
geramku belum padam

dan tadi
aku rasakan aku masih sayang
namun sayang yang tak ingin ku tatap
apalagi ku kecup

Ya sudahlah...

Ya Sudah
ternyata tak susah
setelah lama tak kau rangkai desah di pelepah rinduku
aku tak mati jua

Kasih...
sebenarnya rindu ini tak pernah lenyap
meski disesakkan aroma pengap

Hanya ku tak mampu membisikkan kata yang menenangkanmu
hingga kau ragu
pada rayuku..

daun - daun yang berjatuhan itu bukanlah ratapku
hanya mencoba mengikis - ngikis harap di bawah rindang mimpiku
seperti yang kau tau
aku memiliki angan yang tak pernah bisa kau lihat
sebab pandanganmu nanar
pada hatiku yang binar

Ya Sudah..
aku juga tak menangis lagi karenamu
seperti takutku dulu
seperti cemasku waktu itu

Meski kau bukan benalu
aku tak lagi begitu mengharapmu !
terbanglah jauh
pergilah
aku Sudah !!

Itulah kau...

kadang kita bilang ini lah cinta sejati
cinta yang datang dari doa di tengah malam
tapi
biar saja ini cinta yang tak ternilai
aku akan pergi bila kau tetap diam

senyap yang kau dengungkan di telingaku
seperti jawab yang memang kau dambakan
dan aku harus menanti mu
menanti saat menanti

dan kau tahu ?
dari diammu aku tahu kau tak paham

ya sudah
kau juga bukan orang pertama yang kujamah
jangan marah
tak baik untuk kesehatanmu yang sering terganggu

terang saja aku kecewa
hingga harus bermonolog gila
tapi aku juga tak akan marah

marah bukan kegemaranku
dan celotehmu
menggema di semaput rinduku

jujur saja..
aku tak mencintaimu seperti kata yang kurangkai
untuk mengamini kata - katamu

tapi aku rindu pada persenggamaan yang kau tindih
yang kau erang
yang kau kecup

itulah kau yang aku cinta!!

Agar kau tahu...

Sajak - sajak yang kutulis adalah agar kau tahu saja
betapa aku tak pernah bisa lupa
pada hari - hari yang terlanjur kita lewati bersama
kau tanya mengapa ?
aku juga tak ingin menjawabnya

sebab diam itu ternyata lebih menjawab dari bicara
sebab ternyata aku memang tak bisa alpa
mengikuti lirik - lirik yang dulu sering kita nyanyikan

kemarin kita masih mengayat - ayat mimpi
dan waktu menyayat - nyayat ke sepi
kita tak berani melawan
karena takut melukai awan
biar kau tahu saja
untukmu aku adalah apa saja

tapi kau jangan lena
aku masih punya mata
meski kadang tak terbuka
aku juga punya rasa

kutulis ini agar kau tahu saja
kalau aku tetap mencinta!

Untuk Farug

Masih kau ingat hari - hari yang berjalan
Yang kita iringi dengan nafas terburu
Sebagai tanda kita pernah bersama
Lalu kau kunjungi aku lewat sebuah mimpi ngeri
Aku tak takut sayang

Sekarang dengarkanlah gemuruh hati ini
Yang meniru petir di siang itu
Maaf bila aku tak sempat menyebut namamu di mimpi itu
Tak usah memarahiku
Petirku lebih keras dari murkamu

Sejak dawai perpisahan kita petik
Ku tahu itu bukan titik
Kita hanya menunda bisik
Mencoba tisik rasa - rasa hampa

Tentang mimpi yang kau susupi itu
Lain kali
Datanglah dengan mengucap salam!

Sekeping Hatiku Ada Kau

Di sekeping hatiku ada kau tertunduk lesu
Di bola mataku ada setumpuk kau merutuk pilu
Mengikat kau, di kedua kakiku dan jariku serta
Erat
Di sekerat hidupku kau ada dengan tawa
Renyah
Di seuntai senyummu ada aku merayu

Di setapak jalan menuju mahkotamu
Ada benteng yang membentur jiwaku
Sakit
Di gelap malam mencari jejak langkahmu
Ada sunyi yang menyekap mulut
Perih
Di sepanjang jalan bersama cintamu
Ada indah yang turut di sampingku
Dan aku yakin itu kau!

bukti apa yang mampu kau beri ?

sementara langit terlalu gelap untuk kita katakan sebagai senja
dan aku tak mampu melihat ke kejauhan
ini sudah malam
esok saja kita lanjutkan

mari kita menari di atas perbedaan ini sayang
ku tahu kau pandai menyanyi
dan biola semalam akan aku carikan dawainya

tentang mereka yang menarik - narik kerah bajuku
tentang mereka yang mencubit - cubit halus pipimu
senyumkan saja sebab mereka tak mengerti

aku tak butuh bukti atau janji
yang ku butuh hanya kau!

Desember Kali Ini

rumah ini sudah lama tak kujenguk
rumah yang dulu kujadikan tabung air mataku
dan kini kau memulangkanku kemari
ke kantung yang tak pernah menyimpan sekam dendam

seperti tangis - tangisku di tiap Desember
kali ini perih itu kau berikan juga
agar aku kembali ke rumahku
peraduan yang terlupakan kala ria kudapatkan

jangan takut!
aku tak kenapa - kenapa
tempat ini masih menyimpan rindu untukku
rindu yang bahkan cintamu tak pernah punya

mereka tak berkata
hanya menyimpan kasihnya di rak - rak buku
di sela daun pintu
di merdu derit pintu
dan itu untukku

meski Desember kali ini kau juga menggoreskan luka
tak mengapa
aku baik - baik saja
sebab aku kini di rumah!

2 Bulan Sudah

Hari ini tidak berarti
hanya pertanda 60 hari kita menyulam mimpi

kita awali di atas air biru dan mari kita akhiri di atas batu
bukan aku ingin berlari

hanya agar air mata yang tumpah itu tidak terlihat
terhanyut oleh sungai yang bermuslihat

Maaf Kali Ini Aku Terlambat!

Sebetulnya
tak seharusnya ku pahat - pahat kata membuat tanda
bahwa ini adalah tangga ketiga milik kita..
sebab kita tahu ini untuk selamanya..
selamanya ?

Tapi dari bawah sini pahami saja
aku suka merangkai kata bahagia di bilur air mata
pada jejak - jejak yang makin makin menanjak
kan kita dapati ringkih - ringkih yang tertatih
perih - perih yang tak lazim

yang tak kita temui di tapak sebelumnya..

maaf. kali ini aku terlambat!

Arien... ! Akan Ada Banyak Rindu di Bulan Ini!

Arin!

bulan ini akan ada banyak air mata yang melinang
yang sengaja kita tuang di cawan kosong
masih ingatkah kau air biru yang menjadi saksi bisu kita di hari biru ?

Ia.. aku menuangnya di ceruk tanganmu
lalu kau merapatkan kedua genggamanmu agar ia tak tumpah
dan aku berjanji tak akan ada marah dan sumpah

kini setelah 184 jemari menghitung waktu
ada luka yang menganga
yang tesiram natrium clorida
yang perih nya tak terperi

Arin!
bulan ini akan banyak puisi tercipta
lewat senyum yang tak lagi mengambang
karena cinta perlahan melayang

Dan aneh!
kita tak kuasa menghadang
kita terpisah oleh dua Tuhan yang teramat hebat
yang menjanjikan surga di akhir zaman

jangan bersedih yank!
meski kekuatan cinta itu tak lagi ada
pasti ada kekuatan lain yang bisa kita cari!

Daun Merindukan Tanah!

sementara daun - daun di halaman yang gugur belum menyentuh tanah
kita hening jenak - jenak waktu singkat ini
pada detak - detak jantung yang perlahan kita dekap
di bibir yang ingin kita kecup
kita sisip tanya di alis mata
kita titip pada selip jari yang merapat

sementara daun - daun di halaman yang gugur belum menyentuh tanah
ada waktu yang tersaji untuk kita diam
dan mendengar rajam bisik angin pematah ranting
bunyinya entah gemeretak atau gemerincing
tanya itu adalah seberapa hangat pelukku di dadamu
dan mungkin adakah ia menyamankan gundahmu

sementara daun - daun di halaman yang gugur belum menyentuh tanah
jawablah teka dan teki dengan jujur
bukan lagi dengan tanya

dan ketika daun - daun berhasil menyentuh tanah...

Cintamu

Cintamu yang kadang perih waktu menindih duka yang menganga yang tercipta waktu kita menjelma sepasang malaikat terbang tanpa kepak tinggi meski tak tampak biru meski laut yang mengelilingi benua dua diantara sebotol anggur merah murah sambil tanganku menjamah tanganmu yang pasrah mendesah tanpa bisa menelurkan amarah karena bibirmu juga membasah..

Cintaku yang kadang menjelma setitik bintang di malam - malam mu kelam yang beningnya telah duluan kau tumpahkan dari cawan bening yang tak dua kali mampu ku beli dari Tuhan pemilik segala rasa yang sesekali kita sembah sewaktu hawa tak berhasrat menyibak dada membusungkan puting - puting yang mengeras..

Terimakasih atas cintamu!!

Putih Yang Memerah

Seketika itu juga teriakan lantang membahana
ketika diri ditawar - tawar dengan harga yang hina
orang - orang memang pantas menyemut
seketika diri dipijak - pijak

ini hari putih yang memerah
tandanya marah
meski kepala pasrah

kita adalah semut merah yang berkepala kecil yang sedang marah di hari ulang tahun yang seharusnya tak bersimbah darah

apalagi mereka ditukar dengan sampah
wajar kita menyumpah

inilah hari putih yang tak seharusnya memerah

Aku Tak Suka

Kantukku terbatuk mengangguk separuh tunduk
ada kantuk yang lalu jatuh bersama bening - bening dingin di air malam
ini malam, pertanda gelap
jangan gulita, aku tak suka

lebih baik aku menjanda dari pada sepotong roti yang terbuang di tong sampah pagi - pagi
buang saja
aku tak suka air

perempuanku !!

perempuanku !!
masih kau ingat kecupku tadi siang ?
bibir-bibir yang kita lukai dengan kasar
dengan lenguh tertahan

tapi jawabmu masih terkungkung di kata "ntah"
saat aku bertanya tentang rindu yang kuharap kau tanam di mataku

malam ini!
luka ini menyaksikan
kembali aku merindumu
tidak pada kecupmu

perempuanku!
kembalikan senyumku
yang terbawa olehmu
melekat di atas bibirmu!

Tak Mudah Bagiku

kau meminta :
"gulung kenangan ini!"
padahal rindu ini adalah semerbak yang kita tabur
hadirnya adalah ombak dalam debur

seberapa dalam kita bisa bersembunyi
berlindung dari rasa yang kita semai

dan aku
makhluk paling kaku
memaknai rantai batu

seperti malam sebelumnya..
tak jua kusapa

sementara lengan cinta terus menggapai
mencari pegangan pada akar teratai

dan Aku
makhluk paling batu
memaknai dengan cara yang kaku !!

Sebelum Terlambat

ini adalah ketergesaan ke seribu yang kau buat
menikmati kecepatan mata katamu
aku mencintai lirikmu mengawasiku
seolah aku memang milikmu
setelah itu..
lalu kejujuran mana lagi yang mau kau ragukan ?
sebelum terlambat
mari menuang segala ada
segala canda dan tawa
sebelum terlambat
mari menunjukkan segala kasih
segala rindu dan kesah
segala peluk cium dan desah


sebelum terlambat!!!

Kamu

kamu
yang berdiri di balik tirai biru
yang berusaha menjaring bintang dengan baju
yang menulis puisi dengan air mata
seberapa indahkah kesendirian yang sedetik ini ?

hey kamu
yang menitik-nitik menjarum hati
yang menguliti dengan tangis tadi pagi
yang bercanda dengan kata-kata mati
kemana kita menjelajah malam ini ?

kamu
yang meminta bunga ditengah hari
yang bahkan hingga malam ini aku mencari
yang rindu kuntum tak tergambar
dimana kau letak mimpiku semalam ?

yang tertawa dengan jari di bibir..
aku tahu
itu kamu!

Datang dan Pergi

berapa lama kita bersama ?
telah kita perbincangkan
mulai dari apakah Soeharto penjahat ?
sampai apakah benar di Mie Aceh ada ganjanya ?

bias-bias wajahmu masih tersimpan di tanganku
esok akan ku lanjutkan
kisah yang teralih
ke pelosok-pelosok benak lain
kelam dan berliku

datanglah!
pinjamkan aku suluhmu!