kau lihat senyumku di depan pintu itu ?
dari semalam kupaku di gerendel pintu
agar tak silap menyenyumi hadirmu
kupanas-panasi dengan kenangan yang kau patri
agar kembangnya tak memucat apalagi memudar biru
sesekali bibir itu mencerucut kusut
tapi bukan untukmu
hanya pada angin kaleng yang menyungging ejek
tapi hingga lalang di pinggir jendela menguning
menghijau,menguning
beberapa musim
berkejaran menunggu giliran
mengoyak ngoyak kalender
liuk rindu masih di tepi mimpi
tak mendekat tak menjauh.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar